Memilih Tak Terluka
Dan kini aku menjadi orang yang tak pandai mendengar keluhannya (ayahku) bahkan tak ingin. Niat hati mau masak mie, beburu aku langsung ke kamar, Karena jika mendengarnya yg ada hanya melukai hatiku, aku pun hanya duduk dibalik pintu kamar, menutup telinga disaat diriku sedang tersedu. Kali ini memang bukan tentangku, tapi tentang adiknya yang menjadi benalu. Memusingkan semua keluarga. Ayahku sebagai anak lelaki yang tertua, yang harus mengambil keputusan. Tapi di satu sisi tidka bisa sendiri semua kakak dan adiknya harus bermusyawarah tentang keputusan yang terbaik yang harus diambil karena adiknya yang selalu bermasalah. Sejatinya setiap keluarga saja punya masalah, ini ditambah dengan masalah dari luar keluarga kecil ayahku. Yaitu dari adiknya. Singkat cerita, rumah yang ku tempati sejak aku lahir ini merupakan pembagian dari kakekku. Ayah dari ayahku. Semua anak diberikan satu persatu rumah. Ibaratnya sudah adil sampai dengan kakekku meninggal. Ada sebagian tanahn