Postingan

Memilih Tak Terluka

 Dan kini aku menjadi orang yang tak pandai mendengar keluhannya (ayahku) bahkan tak ingin. Niat hati mau masak mie, beburu aku langsung ke kamar, Karena jika mendengarnya yg ada hanya melukai hatiku,  aku pun hanya duduk dibalik pintu kamar, menutup telinga disaat diriku sedang tersedu.  Kali ini memang bukan tentangku,  tapi tentang adiknya yang menjadi benalu.  Memusingkan semua keluarga.  Ayahku sebagai anak lelaki yang tertua,  yang harus mengambil keputusan.  Tapi di satu sisi tidka bisa sendiri semua kakak dan adiknya harus bermusyawarah tentang keputusan yang terbaik yang harus diambil karena adiknya yang selalu bermasalah.   Sejatinya setiap keluarga saja punya masalah,  ini ditambah dengan masalah dari luar keluarga kecil ayahku.  Yaitu dari adiknya.  Singkat cerita, rumah yang ku tempati sejak aku lahir ini merupakan pembagian dari kakekku.  Ayah dari ayahku.  Semua anak diberikan satu persatu rumah.  Ibaratnya sudah adil sampai dengan kakekku meninggal.  Ada sebagian tanahn

Perasaan "Useless"

 Setiap manusia rasanya selalu ingin membuktikan pada orang lain bahwa ia tak seperti yang orang lain pikirkan. Tapi bila dipikir lagi,  sebenanya kita tidak perlu membuktikan apapun pada siapapun. Justru, kita hanya perlu membuktika kepada diri kita sendiri bahwa kita mampu.  Tentu terkadang bukan hanya orang lain, aku pun berusaha menunjukan bahwa semua ini baik baik saja, padahal tidak apa bila perasaanku sedang tidak baik,yap karena ini hidup.   Selain itu yang kurasakan adalah,  semakin beranjaknya diri,  perlahan masalah mulai dipikirkan,  mulai terasa rumit.  Sampai dititik terkadang aku merasa hanya aku yang salah.  Aku hanya sebagai beban,  dan semua ini karena aku yang tak berguna.  Perasaan itu terus berkecamuk sampai rasanya aku seperti orang yang ingin kabur saja dari rumah. Menghilang dari semua orang. Setiap hari,  rasanya dadaku terasa sesak karena hal itu,  karena merasa useless pada diri sendiri. Sungguh itu sangat menyesakkan dada dan membuat sedih hati.    Tapi aku

Bingung, Aku Harus Apa

 Terkadang lebih baik diam dari pada bersuara. Apa ya disebutnya,yap untuk meredam amarah orang lain saja. Karena nyatanya beberapa kali sempat bersuara, tapi tetap saja aku yang disalahkan, padahal sejujurnya aku juga hanya manusia biasa yang punya perasaan. Entah itu rasa sayang, cemburu, bahagia, sedih dan kecewa. Waktu pun terus bergulir membantuku memahaminya perlahan. Ketika kesalahan yang mungkin menurutnya bukan sebuah kesalahan aku hanya kena bentak dan tentu saja itu mengagetkan sampai dititik aku hanya memilih diam.  Sekalipun bukan salahku, akupun hanya bereaksi dari apa yang telah terjadi. Lantas apa aku tidak boleh marah ? Yap lagi lagi setelah ini aku hanya bisa memilih diam. Untuk kedepan akupun belum tahu persis akan seperti apa. Yang pasti aku selalu bilang perasaanku bila aku tidak suka dengan sikapnya bersama orang lain. Mungkin menurutnya dia tidak melakukannya, tapi orang lain yang melakukan itu terhadapnya. Hanya saja menurutku orang lain tidak akan selepas itu m

Memantaskan Diri

Bermula dari pijakan kaki yang kutapaki sekarang ini. Beberapa kali menoleh kesamping ataupun kedepan yang kulihat mereka tampak bahagia. Entah itu dengan pekerjaan dan kehidupan asmara mereka. Nampak sekali cocok, seketika aku pun terpenung perihal diriku. Aku kira aku sudah sepemikiran dan kompak, tapi beberapa hari lalu aku menemukan yang sebaliknya. Karena ternyata itulah keinginan pasanganku. Aku kira kita sudah sepikiran dan kompak tapi ternyata belum. Maaf saja bila belum dan terimakasih sudah ada dan bertahan sampai detik ini.  Sesekali akupun mendapati keluhan mereka yang sedang bekerja dan ingin resign disata yang bersamaan akupun berusaha untuk bisa bekerja. Berdoa pada sang pemilik Rizky untuk bisa ditempatkan ditempat yang layak dan menjadi orang yang beruntung. Belum bekerja disaat seusia kita sudah bekerja dan bermanfaat untuk orang lain itu rasanya membuat diri ini merasa sedih pada diri sendiri. Sesekali merasakan useless perihal apa yang tengah dialami.  Sejujurnya ke

Langkahku Terasa Berat

Kuat !!!  Kata yang selalu kuminta pada Tuhanku untuk melalui semua ini. Akhir -akhir ini langkahku terasa berat dan lamban, akupun berusaha sebisa mungkin untuk tetap melangkah. Hidup untuk hari ini sebisa mungkin aku berusaha bertahan untuk tetap berusaha menguatkan langkah. Ditempa dari berbagai sudut terkadang membuat langkahku sejenak terhenti terasa seperti berjalan ditempat yang tanpa sadar dihujani air mata. Sejenak menguatkan diri, aku terus berjalan melalui waktu. Senangnya ketika hari berlalu, lelap pun menjadi obat,  waktu sejenak beristirahatnya penat. Walau belum tentu terlelap dengan tenang dan nyenyak, namun hanya saat itu aku merasa lega karena disaat itulah aku  tidak mendengar helaan nafas, keluhan rasa lelah dan amarah yang seolah bernyanyi sepanjang hari. 

Minggu Kelabu

Gambar
Begitulah aku mengingatnya, setiap detik, setiap waktu aku tidak pernah bisa melupakannya. Hal yang paling sulit untuk aku lalui. Dengan kekuatan dari Allah, dan dukungan dari orang yang tulus dan peduli hingga aku bisa melaluinya. Walaupun nyata akupun masih mengingatnya yang setiap saat bisa saja membuat mentalku down.  Iya berdamai dengan diriku sendiri. Berdamai menerima bahwa diri telah berbuat salah dan baiknya perbaiki diri. Berdamai mendengar gemingan keluhan tentangku yang menyayat hati. Semata bukan tidak ingin, tapi itu lagi lagi membuat hati ini sakit. Bukan lebay. Perkataan yang di ulang atas kejadian itu membuatku berpikir "semua ini gara garaku" walaupun memang karena aku. Tidak . Aku pun tidak bisa bilang ini semua karena ku, ini semua kompleks. Nyatanya akupun tak membenarkan sikap yang  diriku ambil sat itu.  Semua langkah ini berawal dari akar serabut yang bercabang. Ya, benar ada latar belakangnya. Kejadian itupun membuka mataku terhadap mereka yang mengac

Jalan

Entahlah jalan apa yang sedang aku coba lalui ini, secara sadar aku terus berjalan sampai berada dititik ini. Tidak mudah, aku akui itu, banyak sekali yang kutemui hari demi hari. Tertanam dalam hati bahwa bahagia dan sedih datang bersamaan membentuk pribadi yang sekarang ini. Sebenarnya ini bukan tentang jalan, Melainkan sedang dengan siapaa aku berjalan, Beberapa kali kita berpisah di persimpangan jalan. Aku ingin tetap berdampingan berjalan , namun apa daya ketika yang berjalan bersama ku rupanya tertarik dengan jalan yang lain. Tidak sekali namun beberapa kali. Walaupun pada akhirnya ia kembali menemuiku. Katanya aku ini pada akhirnya adalah tujuannya, jadi coba mengerti dan percayalah.